Kesadaran untuk berubah (merubah perilaku) umumnya didorong oleh salah satu dari dua hal berikut: yang pertama adalah rasa takut (emosi negatif) dan yang kedua adalah rasa senang (emosi positif).

Beberapa orang mungkin sama-sama ingin mendapatkan pekerjaan yang membuat mereka berdaya secara ekonomi (punya uang). Tetapi dorongan beberapa orang ini, bisa jadi tidak sama. Kelompok yang satu, mereka ingin mendapatkan uang yang cukup untuk kebutuhan dan keberlimpahan dalam hidup. Kelompok lainnya, mereka takut jika harus jatuh miskin dan hidup susah.

Begitu juga orang yang bekerja di tempat yang sama dan dalam posisi (jabatan) yang sama, mereka juga mempunyai dorongan yang bisa jadi tidak sama. Yang satu, mereka bekerja karena dengan pekerjaan itu, mereka mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, mampu meningkatkan keterampilannya, bisa berjumpa dengan banyak orang, dan bisa menambah manfaat dalam kehidupannya. Orang yang satu, bisa jadi mereka bekerja karena takut jika harus kehilangan pekerjaan mereka.

Dua orang yang berolahraga setiap pagi, bisa jadi juga memiliki dorongan yang berbeda. Yang satu, mereka ingin menjalani hidup dengan sehat, dan yang lainnya takut jika harus sakit.

Seseorang yang menyekolahkan anaknya ke sekolah terbaik menurut versi masing-masing, juga memiliki dorongan yang berbeda. Yang satu mereka ingin anaknya menjadi anak yang pintar, baik, berakhlak dan sukses dalam kehidupannya. Beberapa lainnya karena takut jika anaknya gagal, bodoh dan menjadi sampah di masyarakat.

Orang suksespun memiliki dorongan yang berbeda. Ada diantara mereka yang sukses karena didorong oleh keinginan untuk bermanfaat bagi banyak orang, memberi banyak peluang kerja dan membantu banyak orang. Ada juga yang mereka sukses karena didorong oleh rasa benci karena saat kecil sering dihina oleh temannya dan dia ingin membuktikan bahwa dia bisa sukses dan tidak dihina lagi.

Dorongan rasa takut yang membuat kita melakukan sesuatu atau menjadi motivasi bagi kita untuk mendapatkan atau mengejar mimpi, tentu boleh menjadi pendorong semangat bagi kita, tetapi harus dalam porsi yang tepat dan wajar (tidak mendominasi). Rasa takut memang diperlukan sebagai bentuk antisipasi dan kewaspadaan kita sebagai makluk hidup, tetapi sekali lagi, tidak boleh dalam porsi yang berlebihan.

Jika kita menjadikan emosi negatif (rasa takut) sebagai pendoorng kita, maka kita harus segera merubahnya (atau menambahkan) dan beralih ke dorongan yang positif.

Kita memang bisa mendapatkan apa yang kita inginkan dengan dorongan rasa takut. Tetapi jika dorongannya terlalu dominan, kita akan tetap merasa hampa ketika mendapatkan apa yang kita inginkan.

Kita harus benar-benar memeriksa dorongan kita dalam berubah, dorongan kita dalam mengejar sesuatu, dorongan dalam menggapai mimpi. Kita harus berani membuka lembaran-lembaran kesadaran kita untuk bisa melihat dorongan terdalam dalam melakukan sesuatu. Sehingga kita benar-benar bisa memilih dorongan yang lebih positif dalam hidup kita.

Jika kita mengacu pada salah satu hukum mental, yang menyatakan bahwa fokus kita akan mengarahkan energi kita. Maka kita akan mendapatkan apa yang menjadi fokus kita.

Jika kita terlalu fokus pada takut gagal, maka kegagalanlah yang akan hadir dalam kehidupan kita. Ketika kita takut kehilangan pekerjaan, maka itulah yang akan segera kita dapatkan. Ketika kita terlalu fokus pada takut sakit, maka sakit akan segera menjadi tamu pada diri kita.

Fokuslah pada apa yang kita inginkan, bukan pada apa yang tidak kita inginkan.

Fokuslah pada rasa senang, haru dan bahagia jika kita mendapatkan apa yang kita inginkan, bukan pada rasa takut jika kita tidak mendapatkannya.

Coba share, apa dorongan kita untuk berubah atau apa dorongan kita untuk mengejar mimpi-mimpi kita?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *